Palembang, 11 Agustus 2016 12.35
https://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20110217090453AArkfIf
- Harapan saya berikutnya, ketika saat dia beribadah dulu, saya berharap dia pernah merasakan nikmatnya beribadah saat-saat itu. Ketika dia telah merasakan nikmatnya beribadah, maka Insya Allah dia akan merindukannya kembali untuk menikmati kenikmatan-kenikmatan ibadah itu.
- Untuk poin kedua, saya pernah mengalami, namun fase berikutnya menjadi liar juga seperti teman Anda itu. Sekarang ini menjauh lagi, dan mencoba untuk mendekat kepada Allah. Ada kerinduan menikmati kembali nikmatnya ibadah masa lalu, terutama langgeng shalat tahajjud, shalat sebelum fajar, shalat tasbih dan zikir. (Jika ada yang menilai ini adalah riya bukan masalah bagi saya). Sungguh, iman itu adalah anugrah. Bagi yang telah merasakan nikmatnya iman, tolong dijaga baik-baik. Karena kalau iman itu tercabut, teramat sulit kembali rasanya.
Bagaimana solusinya :
- Jangan nasihati dia dengan cara keras, tapi gugah hatinya, dan sampaikan dengan hati yang betul-betul tulus sehingga menembus jiwanya. Jika tidak tulus, suara Anda masuk namun keluar di telinga berikutnya. Tidak nyangkut atau tersimpan di hati. Pernah baca di al quran? yang intinya sampaikanlah kata-kata yang bisa berbekas di hati mereka. (yang dinasihati).
- Jangan tinggalkan dia. Jika engkau meninggalkan dia, berarti engkau membiarkan teman Anda dalam kesesatan. Jangan tonjolkan nasihat-nasihat pada dia. Sesekali saja. Coba kasi bacaan yang lebih mengarah ke pencerahan hati. Salah satunya seperti La Tahzan.
- Doakan dia. Doa yang tidak diketahui oleh yang didoakan itu lebih makbul.
Untuk sementara ini dulu. Siapa tahu ada tambahan berikutnya saya akan menambahkannya. Jika tidak berarti hanya ini.... Wassalam....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar